Vrydag 21 Junie 2013

Uji Kation

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang berupa bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi dan sebagainya. Dengan uji kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu yang lama.
Dengan adanya suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang tercampur. Selain itu, dapat juga digunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat, seperti Hg dan Pb. Identifikasi kation banyak digunakan atau dilakukan, mengingat karena bahan-bahan tersebut merupakan bagian bahan obat, bahan baku, dan sedian obat. Namun, dapat juga sebagai pencemar yang perlu diketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi bila membahayakan.
Banyak ion-ion terlarut yang kita temui misalnya pada air laut, sungai, limbah ataupun dalam bentuk padatannya seperti pada tanah dan pupuk. Unsur logam dalam larutannya membentuk ion positif atau kation sedangkan unsure non logam menbentuk ion negative atau anion. Metode yang digunakan untuk menentukan keberadaan anion tersebut dalam bidang kimia disebut analisis kualitatif. Untuk senyawa anorganik disebut analisis kualitatif anorganik.
Analisa kualitatif atau analisa jenis menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa yaitu “apa” isi bahan atau zat tersebut. Bila bahan padat untuk  analisa kation harus dilarutkan (dalam air atau HCl), maka untuk penentuan anion, bahan tidak perlu dilarutkan terlebih dahulu. Penentuan anion berlaku dalam dua bagian: untuk penentuan ion CO3- dan atau HCO3-, dan untuk penentuan anion-anion yang lain.

B.     Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan adanya kation secara kumulatif dengan melakukan uji spesifik.

C.    Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan adanya kation secara kumulatif dengan melakukan uji spesifik ?

D.    Manfaat
Mengetahui cara menentukan adanya kation secara kumulatif dengan melakukan uji spesifik.











BAB II
LANDASAN TEORI
Cara untuk menganalisa campuran adalah dengan mempergunakan reaksi-reaksi selektif. Pada pokoknya tujuannya adalah memisahkan segolongan (sekelompok) kation dari yang lain. Misalnya bila suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sisanya tetap larut, maka setelah endapan disaring, terdapatlah dua kelompok campuran, yang isinya masing-masing kurang dari campuranh sebelumnya. Bila kemudian larutan maupun endapan ditambah pereaksi selektif lain, sehingga sebagian larutan mengendap, sedang sebagian dari endapan semula larut kembali, maka terbentuk empat kelompok yangt makin sedikit isinya masing-masing (Harjadi, 1990).
Secara umum kation divalent, trivalent dan polivalen akan mengalami reaksi hidrolisis dengan adanya uap air dan membentuk situs asam Bronsted. Sehingga katalis akan mengalami dekationisasi dan peningkatan situs asam bronsted (Handoko, 2006).
Menurut saito, untuk mendapatkan pemisahan yang baik 90Y3+ harus dikondisikan agar membentuk senyawa kompleks anion. Perbedaan muatan anatara 90Y dan 90Sr, menjadi dasar pemisahan dengan menggunakan resin penukar kation. Ion Sr2+ akan terikat pada resin penukar kation dan kompleks anion itrium seperti [YCl6]3- terelusi keluar kolom karena secara keseluruhan. Menurut abdul motholib , spesi senyawa kompleks itrium diantaranya adalah        [ YCl4]-, [YCl6]5-, dan [YCl7H2O]4-. Muatan senyawa ion akan mempengaruhi arah pergerakan senyawa ion itu. Semakin tinggi valensi, pergerakan akan semakin cepat, begitu juga pengaruh konsentrasi larutan elektrolit atau penyangga. Semakin lama waktu elekroforesis, kation dan anion akan semakin mendekati elektroda atau lintasan yang ditempuh semakin jauh ( Sulaiman, et al. 2007).
Air tanah banyak mengandung mineral-mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan kesadahan pada air. Selain itu, terdapat juga kation bikarbonat dan gas terlarut CO2. Dengan naiknya pH akibat lepasnya CO2 ke fase gas, maka akan terjadi suatu reaksi kesetimbangan pembentukan kerak CaCO3      ( Saksono, N. 2006).
Pengobatan keracunan Pb akibat kerja adalah menghentikan penambahan timah hitam yang memasuki tubuh penderita yang pada umumnya melewati jalan pernapasan atau pencernaan, serta mengobatinya dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous. Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan jaringan lunak (Ardianto, 2005).









BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilakukan pada tanggal 27 november 2012 di laboratorium terpadu jurusan kimia Universitas Haluoleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Tabung reaksi                                
- Pipet tetes             
- Rak tabung                       
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
- Air sumur                                       - Air laut
- H2SO4 2 M                                     - Air sungai
- HCl                                               - K2CrO4  M                
- Alkohol                                         - KBr







C. Prosedur Kerja
1. Pengujian kation Ag+
Air sumur
 
Air laut
 
Air sungai wanggu
 
a.


 


-          masing-masing dipipet sebanyak 5 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-          ditambahkan 2 tetes HCl 2 M
-          diamati apakah terbentuk endapan
Tidak ada endapan
Air sumur
 
Air sungai wanggu
 
Air laut
 
b.


 


-          masing-masing dipipet sebanyak 5 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-          ditambahkan 2 tetes KBr 1 M
-          diamati apakah terbentuk endapan

Tidak ada endapan








2.  Pengujian kation Pb2+        
Air sumur
 
Air sungai wanggu
 
Air laut
 
a.









 

-          masing-masing dipipet sebanyak 5 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-          ditambahkan 2 tetes K2CrO4 1 M
-          diamati apakah terbentuk endapan
                                                     Tidak ada endapan
Air sumur
 
Air sungai wanggu
 
Air laut
 
b.


 


-          masing-masing dipipet sebanyak 5 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-          ditambahkan 2 tetes H2SO4 2 M dan alkohol
-          diamati apakah terbentuk endapan


Tidak ada endapan        








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.      Tabel hasil pengamatan
  1. Sampel air/laut
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.


2.
Uji kation Ag+
-    Sampel + HCl
-    Sampel + KBr
Uji kation Pb2+
-    Sampel + K2CrO4
-    Sampel + H2SO4 2 M + alkohol

Negatif
Negatif

Negatif
positif

  1. Sampel air sungai
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.


2.
Uji kation Ag+
-    Sampel + HCl
-    Sampel + KBr
Uji kation Pb2+
-    Sampel + K2CrO4
-    Sampel + H2SO4 2 M + alkohol

Negatif
Negatif

Negatif
positif
c.       Sampel air sumur
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.


2.
Uji kation Ag+
-    Sampel + HCl
-    Sampel + KBr
Uji kation Pb2+
-    Sampel + K2CrO4
-    Sampel + H2SO4 2 M + alkohol

Negatif
Negatif

Negatif
Negatif

2.   Reaksi-reaksi
-        Ag+         +     HCl         
-        Ag+         +     KBr         
-        Pb2+        +     K2CrO4   
-        Pb2+        +     H2SO4     
B.     Pembahasan
Metode analisis kimia terbagi atas dua bagian yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran zat yang belum diketahui zatnya. Sedangkan, analisis kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penetuan jumlah zat tertentu yang ada didalam suatu sampel.

Kation merupakan ion bermuatan positif. Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti masing-masing golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya, sebagai pemisahan dalam golongan didasarkan pada perbedaan sifat-sifat kimianya dengan cara menembahkan pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya.
Prosedur yang pertama kali digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui adalah membuat sampel yang dianalisis dalam bentuk cairan. Pada perlakuan yang dilakukan pada percobaan uji kation yaitu menggunakan larutan sampel yang berupa air sumur, air sungai dan air laut. Sebelum mengidentifikasi konsentrasi dalam ketiga sampel tersebut, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendpan , selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Lalu uji spesifik untuk kation-kation yang akan di identifikasi.  Kation yang diidentifikasi dalam larutan sampel yang telah disediakan adalah HCl, H2SO4, K2CrO4. Dan KBr.
Pada  percobaan yang telah dilakukan dalam uji kation ini adalah dengan penambahan larutan HCl 2 M dan KBr 1 M untuk menguji kation Ag2+, penambahan larutan K2CrO4 dan H2SO4 untuk menguji kation Pb2+.
Dari semua larutan tersebut tidak semua kation  tersebut, bereaksi dengan larutannya masing – masing membentuk ion positif. Pada proses uji kation Ag2+, dan Pb2+ pada sampel air laut . Pada kation  Ag2+  yang direaksikan dengan larutan sampel air laut dicampurkan HCl dan KBr menujukkan bahwa ionnya bermuatan negative. Ini menunjukkan bahwa dalam larutan HCl dan KBr tersebut memang tidak terdapat jenis kation – kation yang dapat bereaksi dengan reagen. Dengan kata lain, sampel yang dianalisis tersebut tidak mengandung ion Ag2+. Begitupun dengan uji kation Pb2+ dalam larutan K2CrO4.
Secara teori setiap sampel yang diuji terdapat kation-kation karena sampel diambil dari daerah terbuka yang berinteraksi langsung dengan berbagai aktivitas lain dialam secara natural. Jadi tidak mungkin larutan sampel benar – benar netral atau tidak mengandung zat – zat kontaminan lain didalamya mengingat sifat air sebagai pelarut murni yang dapat menerima berbagai zat masuk kedalamnya meskipun dengan toksitas yang tinggi. Pada kenyataannya bahwa sampel tidak mengandung  kation – kation kemungkinan disebabkan kurangnya kadar kation Ag+, dan Pb2+ dalam larutan sampel sehingga tidak dapat dianalisis dengan metode sederhana yang digunakan dalam percobaan analisis kuantitatif dan uji spesifik seperti ini atau karena kurang ketelitian para praktikan dalam menguji sample tersebut. Namun, pada sampel air sungai dan air laut yang uji kationnya Pb2+ ketika sampel dicampurkan dengan H2SO4 dan dicampurkan lagi alkohol ternyata sampel tersebut mengandung ion Pb+. Bila dibandingkan secara teori dan praktiknya telah terjadi banyak perbedaan, dan sangat sedikit sampel yang mempunyai uji kation.




BAB V
PENUTUP
 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada sample air laut, air sungai wanggu, dan air sungai pada uji kation Ag2+, dan Pb2+. Bahwa dalam sampel tersebut memang tidak terdapat jenis kation – kation yang dapat bereaksi dengan reagen, Kecuali pada uji Ag+ yang pada sampel H2SO4.










DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta.
Handoko, 2006, Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Sulaiman,. Hardi G,. A,. Kundari, N,. A,. 2007. “Pemisahan dan Karakterisasi   Spesi Senyawa Kompleks Ytrium-90 dan Stronsium-90 dengan Elektroforesis Kertas” Vol.1 No.2.

Saksono , N,. 2006. ”Magnetisasi Air Sadah Untuk Pencegahan Pembentukan Kerak” JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.4

Ardyanto,. D,. 2005.  Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) dalam Darah
Masyarakat yang Terpajan Timbal (Plumbum)” JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 2, No.68

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking